Senin, 31 Mei 2010

Klasifikasi Tumbuhan Berbiji

Semua tumbuhan yang menghasilkan biji merupakan kelompok Spermatophyta. Sistem pengklasifikasian tumbuhan biji berdasarkan pada letak bakal biji atau bijinya. Terdapat dua versi klasifikasi tumbuhan biji. Sistem klasifikasi terdahulu membedakan tumbuhan biji menjadi dua anak divisi (sub divisio), yaitu:
  1. Tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae)
  2. Tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae)

Minggu, 02 Mei 2010

Kehidupan Pada Permulaan Palaezoikum di Dalam Lautan

Pada permulaan palaezoikum kehidupan awalnya terdapat dasar laut, yaitu kehidupan hewan-hewan perairan, yang rata-rata terdiri dari hewan tingkat rendah. Kehidupan awal Palaezoikum dapat disebut juga awal dari proses kehidupan.
Zaman ini adalah masa geologi di mana semua kelompok kehidupan dasar (atau filum) yang masih ada hingga hari ini dan bahkan juga yang punah, mendadak muncul. (Filum adalah pengelompokan terbesar setelah kerajaan dalam penggolongan mahluk hidup. Filum ditentukan menurut jumlah serta keragaman organ dan jaringan mahluk hidup, simetri tubuh, dan struktur dalamnya. Jumlah filum saat ini telah ditetapkan sebanyak 35, namun sekitar 50 filum ada selama Zaman Kambria. )
Kemunculan semua spesies itu demikian mendadak dan merentang sangat lebar sehingga para ilmuwan menyebutnya "Ledakan Kambria. " Evolusionis paleontologis Stephen Jay Gould telah melukiskan fenomena ini sebagai "peristiwa paling luar biasa dan membingungkan dalam sejarah Bumi, " sementara ahli zoologi evolusionis Thomas S. Ray menulis bahwa cikal-bakal kehidupan banyak sel adalah suatu peristiwa yang setara pentingnya dengan cikal-bakal kehidupan itu sendiri.
Zaman PraKambria (sebelum Kambria) disesaki utamanya oleh organisme-organisme bersel tunggal, dengan beberapa kehidupan banyak sel dengan sedikit sifat khas dan tidak memiliki struktur-struktur rumit seperti mata dan kaki. Di lingkungan tandus ini, yang dihuni hanya oleh organisme-organisme bersel tunggal, keragaman kehidupan yang menakjubkan dengan ciri-ciri amat rumit mendadak muncul. Lebih lagi, lewat ledakan ini, muncullah bentuk-bentuk kehidupan yang satu sama lain terpisah oleh lebarnya perbedaan sifat struktur.

Evolusi Skeleton

Skeleton adalah rangka. Evolusi skeleton adalah evolusi yang ditandai dengan perubahan rangka pada hewan dalam jangka waktu yang sangat lama. Dengan adanya evolusi skeleton akan dapat dilihat kedekatan kerabat antara hewan yang satu dengan yang lainnya.
Coba perhatikan hewan-hewan terbang yang ada di sekita kita, misalnya kupukupu, kelelawar, dan burung. Ketiga hewan tersebut mempunyai sayap. Akan tetapi, secara anatomi, sayap kupu-kupu berbeda dengan sayap burung dan kelelawar. Sayap burung dan kelelawar memiliki tulang-tulang yang mirip dengan kaki depan kambing, tetapi tidak demikian dengan sayap kupu-kupu.
Oleh karena fungsinya sama, yaitu untuk terbang, maka sayap kupu-kupu dikatakan analog dengan sayap burung dan kelelawar. Analog merujuk pada fungsi yang sama. Sedangkan sayap burung dan kelelawar yang secara anatomi mirip dengan kaki depan kambing dikatakan sebagai homolog. Homolog merujuk pada bentuk dasar (anatomi) yang sama, meskipun terkadang fungsinya berbeda. Susunan tulang tangan manusia mirip dengan susunan tulang kaki depan kelinci.
Dikatakan bahwa tangan manusia homolog dengan kaki depan kelinci. Organ-organ yang homolog memiliki sejarah embriologi yang sama. Tangan manusia, kaki depan tikus, say/ap burung, kaki depan buaya, merupakan organ yang homolog. Organ-organ yang homolog dapat dibandingkan berdasarkan asal usul dan fungsinya. Inilah yang disebut sebagai perbandingan anatomi. Perbandingan anatomi dipelajari dalam ilmu anatomi perbandingan. Dengan mengetahui perbandingan anatominya, kita dapat menelusuri asal usul spesiesnya.
Adanya homologi organ menunjukkan terjadinya perkembangan evolusi divergen. Sedangkan adanya analogi organ menunjukkan terjadinya perkembangan evolusi konvergen. Evolusi divergen adalah evolusi dari satu spesies yang menghasilkan beberapa spesies yang memiliki anatomi tubuh sama. Evolusi konvergen adalah evolusi dari beberapa spesies berbeda yang menempati lingkungan yang sama, dan akhirnya memiliki organ tubuh yang fungsinya sama, meskipun secara anatomi berbeda (misal sayap kupu-kupu dan burung).

Beberapa Fakta Tentang Terjadinya Hewan

Fakta-fakta yang mendukung adanya proses terjadinya hewan adalah adanya penemuan fosil, banyak dari fosil yang ditemukan para arkheolog adalah fosil hewan. Dengan demikian ada dominasi yang kuat tentang keberadaan hewan.
Adanya keanekaragaman gen, keanekaragaman spesies dan ekosistem hewan. Ini diduga dari hewan tingkat rendah yang berevolusi, yang kemudian menjadi lebih kompleks.

Kamis, 29 April 2010

Hubungan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan

Berdasarkan persamaan dan perbedaan filsafat, maka hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan dapat dijelaskan sebagai berikut: a) filsafat mempunyai objek yang lebih luas, sifatnya universal, sedangkan ilmu-ilmu pengetahuan objeknya terbatas, khusus lapangannya saja; b) filsafat hendak memberikan pengetahuan, insting/pemahaman lebih mendalam dengan menunjukkan sebab-sebab yang terakhir, sedangkan ilmu pengetahuan juga menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam; c) filsafat memberikan sitesis kepada ilmu-ilmu pengetahuan yang khusus, mempersatukan, dan mengkoordinasikannya; d) lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan ilmu pengetahuan, tetapi sudut pandangnya berlainan. Jadi, merupakan pengetahuan yang tersendiri.
Berkaitan dengan hubungannya antara filsafat dengan ilmu pengetahuan bahwa keduanya merupakan hal yang penting dan perlu karena keduanya saling melengkapi, tetapi juga saling menghormati dan mengakui batas-batas dan sifat-sifatnya masing-masing. Inilah yang sering dilupakan sehingga ada ilmuwan yang ingin menjadi tuan tanah atas kavling pengetahuan lain. Misalnya, ada seorang dokter berkata, “setiap saya mengoperasi seorang pasien belum pernah saya melihat jiwanya, jadi manusia itu tidak mempunyai jiwa”. Maka dokter itu menginjak ke lapangan lain dari lapangan ilmu kelapangan filsafat, sehingga kesimpulannya tidak benar lagi.

Persamaan dan Perbedaan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan

Berdasarkan dari beberapa pejelasan tentang filsafat dan ilmui pengetahuan,maka dapat disimpulkan persamaan dan perbedaan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan.
Persamaan antara ilmu filsafat dengan ilmu pengetahuan adalah sebagi berikut: a). kedua-duanya mencari rumusan yang sebaik- baiknya menyelidiki objeknya selengkap-lengkapnya sampai habis-habisan; b). kedua-duanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau pertalian yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunujukkan sebab-sebabnya: c). kedua-duanya hendak memberikan sintesis yaitu suatu pandangan yang bergandengan; d). kedua-duanya mempunyai metode dan sistem; e). kedua-duanya hendak memberikan penjelasan tetnagn kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia akan kebenaran (objektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendalam.
Perdedaan filsafat dengan ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut; a). objek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal ( umum) yaitu segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan objek material (lapangan) ilmu pengetahuan (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dalam arti khusus masing-masing bidang pengolahannya saja; b). objek formal (sudut pandang) filsafat itu bersifat nonfragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan emngasas. Sedangkan ilmu pengetahuan bersifat fragmentaris dan abstrak dengan peninjauan secara ekstensif dan intensif; c). filsafat dilaksanakan dalam suatu suasana pengetahuan yang mementingkan kontrol atau pengawasan. Misalnya untuk mengetahui sesuatu dalam ilmu pengetahuan haruslah diadakan riset. Oleh karena itu nilai ilmu pengetahuan, timbul dari kegunaannya, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainya; d). filsafat membuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan kepada explicitatis dari apa yang terkandung dari pengalaman realita sehari-hari. Filsafat tidak pernah memikirkan persoalan tentang dari tahu kepada yang tidak tahu, karena untuk tahu tetap juga tidak tahu dan tidak tahu adalah juga sudah tahu tentang sesuatu itu. sedangkan bagi ilmu pengetahuan besifat diskursif, artinya menguraikan secara logis. Prosesnya mulai dari tahu kepada tidak tahu dan hanya ilmu pengetahuanlah yang menemukan pengertian logis; e). filsafat hendaknya memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak yang mendalam, yang mengasas (first causes). Sedangkan ilmu pengetahuan menunjukkan sebab-sebab yang tidak ebgitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder secondary causes); f). filsafat itu ditentukan oleh sudut pandang yang berbeda akan menimbulkan ilmu yang berbeda, meskipun dalam objek yang sama, sedangkan ilmu tidak terikat pada sudut pandang menimbulkan filsafat tetapi hanya mengokohkan ilmu yang ada.

Tujuan dan Fungsi Filsafat


Jujun mengatakan bahwa berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang kita belum tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan terbatasi ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri sendiri,semacam keberanian untuk berterus terang,seberapa jauh sebernarnya kebenaran yang dicari telah kita jangkau.[1]
Berdasarkan dari beberapa pendapat tentang berbagai pengertian filsafat, maka tujuan umum pelajaran filsafat adalah sebagai berikut: 1) de3ngan berfilsafat kita lebih memanusiakan diri, lebih mendidik dan membangun diri manusia; 2) dapat mempertahankan sikap objektif dan mendasarkan pendapat atas pengetahuan yang objektif, tidak hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan simpati dan antipati saja; 3) mengajar dan melatih kita memandang dengan luas. Jadi, menyembuhkan kita dari kepicikan, dari “aku-isme” dan “aku-sentuisme” hanya mementingkan “aku-nya” saja, yang dapat merugikan perkembangan manusia seutuhnya; 4) dengan pelajaran filsafat kita diharapkan mnejadi orang yang dapat berfikir sendiri, tidak menjadi yes-man atau yes-woman. Kita harus menjadi orang yang sungguh-sungguh mandiri, terutama dalam lapangan kerohanian dan menyempurnakan cara kita berpikir, dan memiliki sifat kritis.
Menurut Burhanuddin filsafat dengan fungsinya sebagai Mater Scientiarum (induk ilmu pengetahuan) berarti mencakup semua ilmu pengetahuan khusus. Filsafat itu juga merupakan suatu pegangan menusia pada masa itu, dalam mengarungi hidup dan kehidupan. Dengan menguasai filsafat pada zaman itu (sebelum masehi), dapatlah seorang ahli menjawab segala permasalahan di dunia ini, baik masalah manusia sendiri, alamnya, maupun Tuhannya.[2]
Dalam perkembangan selanjutnya, sejalan dengan perkembangan zaman, meningkatnya kebutuhan hidup manusia, dan semakin berkembangnya kehidupan modern maka semakin terasalah kebutuhan untuk menjawab segala tantangan yang dihadapi manusia. Dalam keadaan demikian, lahirlah apa yang disebut ilmu-ilmu pengetahuan khusus.
Menurut Burhanuddin fungsi dari filsafat itu adalah bahwa betapa besar kepentingan filsafat bagi perwujudan dan pembangunan hidup kita. Jadi kita menjunjung tinggi dan mempertahankan filsafat sebagai suatu hal yang sangat berharga. Akan tetapi bersama-sama dengan itu harus kita akui juga batas-batas atau kenisbian filsafat. Terbatasnya kemampuan akan budi manusia dalam usahanya untuk memecahkan soal-soal tentang dunia dan manusia, tentang hidup dan Tuhan.[3]


[1] Jujun S. Suriasumantri. Filsafat ilmu sebuah pengantar populer. (Jakarta: pustaka Sinar Harapan, 1998) h. 19.
[2] Burhanuddin Salam. Sejarah filsafat ilmu dan teknologi. (Jakarta:Rineka Cipta, 2000), h.19.
[3] Burhanuddin Salam. Pengantar Filsafat. (Jakarta: Bina Aksara, 1988), h. 109.

Pengertian Filsafat dan Ilmu

Burhanuddin menyatakan bahwa filsafat dapat dijabarkan dari perkataan “philosophia”. Kata “philos” berarti cinta dan kata “sophos” berarti kebijaksanaan pengetahuan yang mendalam. Perkataan ini berasal dari bahasa Yunani yang berarti “cinta akan kebijaksanaan” (love of wisdom).[1]
Menurut Hanafi, kata-kata filsafat diucapkan “falsafah” dalam bahasa Arab, dan berasal dari bahasa Yunani yaitu “philosophia” yang berarti cinta kepada pengetahuan, dan terdiri dari dua kata yaitu “philos” yang artinya cinta (loving) dan “Sophia” yang berarti pengetahuan (wisdow; hikmah)/ orang yang cinta kepada pengetahuan disebut “philosohhos”, atau “failasuf” dalam ucapan Arabnya. Pencipta pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai usaha dan tujuan hidupnya, atau dengan perkataan lain, orang yang mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.[2]
Berawal dari makna kata philosophia, sesuai tradisi, pythaforas atau socrateslah yang mula-mula menyebut dirinya “philosophus”. Yaitu sebagai protes terhadap kaum “sophist”, kaum terpelajar pada waktu itu yang menamakan dirinya “bijaksana”, pada hal kebihaksanaan mereka itu hanyalah semua belaka.
Sebagai protes terhadap kesombongan mereka itu maka Socrates lebih suka menyebut dirinya “pencipta kebijaksanaan”, artinya orang yang ingin mengetahui pengetahuan yang luhur (Sophia) itu. Mengingat keluhuran pengetahuan yang dikejarnya itu maka ia tidak mau berkata bahwa ia mempunyai, memiliki atau menguasainya.
Oleh karena itu luas dan dalamnya filsafat itu maka orang tidak akan dapat menguasainya dengan sempurna dan orang tidak akan pernah mengatakan selesai belajar.
Apabila kita berbicara tentang seseorang yang bijaksana, maka ia berarti bahwa tidak hanya orang yang terpelajar atau yang ahli dalam salah satu lapangan ilmu pengetahuan saja yang dapat disebut “bijaksana”. Seseorang yang mengerti banyak hal atau ahli ilmu pengetahuan belum tentu orang yang bijaksana.
Kebijaksanaan itu adalah lebih dari pengetahuan ilmiah belaka. Malahan mungkin seseorang disebut “bijaksana”, pada hal sama sekali tidak terpelajar, bukan ahli dari salah satu bidang pengetahuan.
Berdasarkan dari uraian di atas tentang kebijaksanaan, maka bijaksana (sophos) mengandung arti sebagai berikut:
a. Mempunyai insight, pengertian yang mendalam yang meliputi seluruh kehidupan manusia dalam segala aspeknya dan seluruh dunia dengan segala lapangannya serta hubungan antara kesemuanya itu.
b. Sikap hidup yang benar, yang baik dan tepat, berdasarkan pengertian tadi, yang mendorong akan hidup yang sesuai dengan pengertian yang dicapai itu.
Maka dengan dmeikian, definisi/batasan filsafat itu adalah pengetahuan yang mempelajar sebab-sebab yang pertama atau prinsip-prinsip yang tertinggi dari segala sesuatu yang dicapai oleh akan budi manusia.
Dari definisi ini jelas yang menjadi objek materialnya (lapangannya) ialah segala sesuatu yang dipermasalah filsafat. Sedangkan objek formalnya (sudut pandangnya) ialah mencapai sebab-sebab yang terdalam dari segala sesuatu, sampai kepada penyebab yang tidak disebabkan, ada yang mutlak ada, yaitu penyebab pertama (causa prima) ialah Allah itu sendiri.
Menurut Plato bahwa filsafat adalah tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada. Aristoteles berpendapat pula bahwa filsafat itu menyelidiki sebab dan asas segala benda.[3] Sedangkan Driyarkara menyatakan bahwa filsafat adalah pikiran manusia yang radikal, dengan mengenyampingkan pendapat-pendapat dan pendirian-pendirian yang diterima saja dengan mencoba memperlihatkan pandangan yang merupakan akar dari lain-lain pandangan dan sikap praktis. Pandangan diarahkan kepada sebab-sebab yang terakhir atau sebab pertama (filsafat causes), dan tidak diarahkan kepada sebab yang terdekat (secondary cause), sepanjang kemungkinan yang ada pada budi nurani manusia sesuai kemampuannya.[4]
Senada itu pula Al-Kindi ahli pikir pertama dalam filsafat Islam yang memberikan pengertian filsafat di kalangan umat Islam, dengan membagi ke dalam (tiga) lapangan, antara lain: 1). Ilmu fisika (ilmu-thibiyyat), sebagai tingkatan terendah; 2). Ilmu matematika, (Al-ilmur-riyadhi) sebagai tingkatan mengah; 3). Ilmu ketuhanan (Al-ilmur-rububiyyah), sebagai tingkatan tertinggi.
Meskipun antara para ahli pemikir itu sendiri ada perbedaan paham tentang definisi atau batasan filsafat itu, namun dalam perbedaan itu terdapat yaitu: 1) bahwa filsafat adalah suatu bentuk “mengerti”, 2) semua mengakui bahwa filsafat termasuk “ilmu pengetahuan”, 3) ilmu pengetahuan yang manakah? Ilmu pengetahuan yang mengatasi lain-lain ilmu. Mengatasi dalam arti lebih mendalam, lebih umum/universal, lebih sesuai dengan kodrat manusia.
Dalam ensiklopedia Indonesia pengertian ilmu pengetahuan adalah suatu sistem dari berbagai pengetahuan yang masing-masing mengenai suatu lapangan pengalaman tertentu, yang disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu, hingga menjadi kesatuan; suatu sistem dari berbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan memakai metode-metode tertentu (induksi, deduksi).
Menurut Mohammad Hatta bahwa tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya maupun menurut kedudukannya tampak dari luar maupun menurut bangunnya dari dalam.[5]
Jujun menyatakan bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang kita gumuli sejak bangku sekolah dasar sampai pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri kita sendiri: apakah sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu? Apakah ciri-cirinya yang hakiki yang membedakan ilmu dari pengetahuan lainnya yang bukan ilmu? Kriteria apa yang kita pakai dalam menentukan kebenaran secara ilmiah? Mengapa kita mesti mempelajari ilmu? Apakah kegunaan yang sebenarnya?[6]
Menurut J. Langerveld, mengatakan bahwa pengetahuan ialah kesatuan subjek yang mengetahui objek yang diketahui. Suatu kesatuan dalam mana objek itu dipandang oleh subjek sebagai diketahuinya.
Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas maka ilmu pengetahuan itu adalah merupakan kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu (objek/lapangan), yang merupakan kesatuan yang sistematis dan memberikan penjelasan yang sistematis yang dapat dipertanggung jawabkan dengan menunjukkan sebab-sebab hal/kejadian itu.
Berdasarkan objek dan sudut pandangan ilmu pengetahuan objek tersebut dapat dibedakan menjadi dua yaitu: 1) objek material maksudnya adalah bahwa objek/lapangan yang dilihat secara keseluruhannya. Misalnya manusia, hewan, alam, dan sebagainya. 2) objek formal yaitu objek/lapangan jika dipandang dari suatu aspek/sudut tertentu saja. Misalnya ilmu kedokteran: untuk menyembuhkan atau menyehatkan yang sakit, ilmu pendidikan; untuk mendewasakan secara etis anak yang belum dewasa.
[1] Burhanuddin. Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi. (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 2.
[2] A. Hanafi. Pengantar Filsafat Islam. (Jakarta: Bulan Bintang, 1969), h. 11.
[3] Burhanuddin Salam. Pengantar Filsafat. (Jakarta: Bina Aksara, 1988), h. 55.
[4] Burhanuddin Salam. Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi. (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 10.
[5] Burhanuddin Salam. Sejarah filsafat ilmu dan teknologi. (Jakarta:Rineka Cipta, 2000), h.14.
[6] Jujun S. Suriasumantri. Filsafat ilmu sebuah pengantar populer. (Jakarta: pustaka Sinar Harapan, 1998) h. 19.